Articles by "KKP"

Tampilkan postingan dengan label KKP. Tampilkan semua postingan


RotasiKepri.com ( Pandeglang ) – Konsisten jaga kelestarian populasi lobster, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) kembali melepasliarkan benih bening lobster (BBL) ke habitatnya. Kali ini, melalui Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Serang, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) melepasliarkan 4.153 ekor BBL di Perairan Desa Caringin, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, pada Minggu (21/02).

Tim gabungan yang terdiri dari Direktorat Polisi Air Korps Kepolisian Perairan dan Udara Badan Pemelihara Keamanan (Ditpolair Korpolairud Baharkam) Polri, Direktorat Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan (PPSDP Ditjen PSDKP), Satuan Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Satwas SDKP) Pandeglang dan LPSPL Serang ini mendapati 4.153 ekor benih lobster, terdiri dari benih lobster pasir sebanyak 3.868 ekor dan benih lobster mutiara sebanyak 285 ekor.

 

"Ini merupakan kegiatan pelepasliaran BBL kedua pada tahun 2021 di wilayah kerja LPSPL Serang. sebelumnya dilakukan pada tanggal 21 Januari 2021, dengan jumlah BBL yang dilepaskan 16.975 ekor. Kami berkomitmen selalu siap melakukan kegiatan pelepasliaran kapan pun dibutuhkan sebagai tugas dan tanggung jawab kami" ujar Syarief Iwan Taruna Alkadrie, Kepala LPSPL Serang.


“Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Trenggono untuk memastikan kelestarian biota laut dan keberlanjutan populasinya untuk kesejahteraan bangsa dan generasi yang akan datang,” ujar Iwan.

 

Iwan menambahkan, kejadian bermula dari adanya dugaan tindak pidana penyelundupan benih lobster di pesisir Binuangeun, Kabupaten Lebak, Banten. Dugaan ini kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan pemeriksaan pada tanggal 20 Februari 2021 yang dilakukan oleh Tim Opsnal (buru sergap) Subdit Intelair, bersama ABK Kapal Patroli (KP) Sanjaya - 7017 dan PSDKP di wilayah Binuangeun.


Dari hasil pemeriksaan ditemukan benih lobster di tempat kejadian perkara berupa baby lobster (benur) yang sudah dikemas dan diberi oksigen. Diduga benur lobster tersebut akan dijual ke bandar penampung. Selanjutnya, terduga pelaku dan benih lobster diamankan untuk dibawa ke KP. Sanjaya - 7017 guna proses penyelidikan lebih lanjut.


“Ditpolair Korpolairud Baharkam POLRI telah berkoordinasi dengan Stasiun Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (SKIPM) Merak, Pangkalan PSDKP Jakarta dan LPSPL Serang untuk menindaklanjuti hasil sitaan tersebut,” pungkas Iwan.

 

Barang bukti berupa benih lobster diserahterimakan dari Ditpolair Korpolairud Baharkam POLRI kepada LPSPL Serang. Tim gabungan secara bersama-sama melaksanakan pelepasliaran BBL hasil sitaan tersebut pada Minggu, 21 Februari 2020 pukul 01.00 sampai 02.00 WIB di perairan Desa Caringin, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang.

 

Lokasi pelepasliaran terletak pada koordinat 6°20'51,66" LS dan 105°49'23 20" BT di kedalaman 0-5 meter dan kondisi substrat pasir berkarang. Keadaan perairan saat pelepasliaran sedang surut dan gelombang air relatif tenang dengan cuaca cerah dan berangin. Perairan Desa Caringin dipilih atas pertimbangan kondisi perairan yang dinilai sesuai untuk tumbuh kembang BBL. ( RK )












sumber:kkp.go.id

  


RotasiKepri.com.(Jakarta) - Pengelolaan perikanan melalui pendekatan eksosistem (ecosystem approach to fisheries management/EAFM) digaungkan Pemerintah Indonesia dalam pertemuan internasional Coastal Fisheries Initiative (CFI) Global Partnership Consultation (GPC) yang diselenggarakan oleh Food and Agriculture Organization (FAO). Konsep tersebut mengusung keseimbangan antara tujuan sosial ekonomi dengan mempertimbangkan ekosistem perairan melalui sebuah pengelolaan yang terpadu, komprehensif dan berkelanjutan.

 

Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah mengembangkan konsep itu sejak tahun 2010. Dalam pertemuan tersebut, KKP memaparkan dan membagikan pengalamannya dalam mengimplementasikan EAFM.


Pada Desember 2020, KKP bersama Global Environment Facility (GEF)-6 telah meluncurkan program CFI Indonesia Child Project di wilayah Indonesia Timur khususnya pada Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 715, 717 dan 718. Program ini merupakan implementasi dari Grant Agreement antara KKP dengan WWF-US GEF Agency yang ditandatangani pada tanggal 23 Desember 2019.

Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan Ditjen Perikanan Tangkap KKP Trian Yunanda yang menjadi National Project Coordinator menjelaskan pertemuan ini penting diikuti Indonesia untuk memaparkan langkah awal pelaksanaan program CFI. Selain itu juga berbagi pengalaman tentang pengelolaan perikanan di masing-masing kawasan.

 

"CFI merupakan upaya kolaboratif global yang digagas oleh GEF untuk meningkatkan pengelolaan perikanan dan melestarikan keanekaragaman hayati laut di wilayah pesisir melalui tata kelola yang lebih baik dan memperkuat rantai nilai pangan laut," terangnya.


 

Trian mengatakan pertemuan tahunan CFI GCP ini melibatkan beberapa negara dari tiga kawasan (child project) yaitu Indonesia mewakili kawasan Asia, Ekuador dan Peru mewakili Amerika Latin, serta Senegal, Cabo Verde, dan Pantai Gading mewakili Afrika Barat. Pertemuan ini juga dihadiri oleh institusi dan organisasi konservasi internasional serperti FAO, UNDP, UNEP, World Bank, CI dan WWF.

"Pada pertemuan ini selain pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem dibahas pula tentang perencanaan ruang laut (Marine Spatial Planning/MSP), mangrove, tata kelola perikanan dan rantai nilai, serta pendanaan berkelanjutan (sustainable financing for fisheries)," imbuhnya.


Pertemuan yang dilakukan secara virtual ini berlangsung selama lima hari mulai tangal 22 hingga 26 Februari 2021. CFI GCP dibuka secara resmi oleh Nathanael Hishamunda selaku FAO CFI Coordinator yang menyampaikan apresiasinya kepada setiap negara dan pihak yang terlibat proyek ini meskipun di tengah pandemi Covid-19.

 

Pertemuan internasional CFI GPC ini merupakan forum pembelajaran. Pada forum tersebut, KKP ikut mendengankan lesson learned, praktik-praktik terbaik dari kawasan lain sebagai tambahan pengetahuan dan informasi. Kesempatan ini dapat menjadi momentum bagi KKP untuk mengawal the Implementation of Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) in Eastern Indonesia semakin baik.

 

Secara terpisah, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menuturkan melalui proyek GEF 6 CFI Indonesian Child Project ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi Indonesia untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya ikan.

 

"Ini dilakukan sebagai salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan dengan mengedepankan kaidah kelestarian sumber daya ikan itu sendiri," katanya.

 

Menteri Trenggono berharap kerja sama ini dapat melibatkan semua stakeholders terkait. Tidak hanya masyarakat perikanan juga pemerintah daerah, akademisi serta organisasi masyarakat. Sehingga tidak hanya keberlanjutan sumber daya ikan yang tercapai namun juga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perikanan. ( RK )









sumber: kkp.go.id


 

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.